JEPARA, Lingkarjateng.id – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jepara Pratikno mengkritik kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Menurutnya, PPL harus lebih telaten dalam memberdayakan para petani sehingga bisa beralih ke cara menanam yang lebih modern dan tidak membutuhkan banyak biaya.
“PPL itu seharusnya turun ke sawah jangan hanya di atas tanggul fota-foto untuk laporan saja, tapi harus turun untuk mengubah pola pikir para petani untuk melakukan penanaman secara modern,” tegas Pratikno saat dihubungi di Jepara, Senin, 4 Desember 2023.
Pratikno mengaku sangat menyayangkan kebijakan di Indonesia yang masih mengimpor beras dari luar negeri padahal memiliki tanah yang subur dan makmur.
“Ternyata harga beras luar negeri lebih murah daripada beras sini. Ini ‘kan harus ada pemberdayaan bagi petani agar dapat bersaing dengan petani luar negeri,” ucapnya.
Maka dari itu, kata dia, pihaknya telah mengusulkan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Pemberdayaan dan Perlindungan Petani Kabupaten Jepara yang merupakan kesepakatan fraksi yang ada DPRD. Menurutnya, perda tersebut sangat dibutuhkan untuk memberdayakan dan melindungi para petani.
“Di mana pemerintah wajib memberi subsidi ketika petani mengalami gagal panen. Karena petani adalah soko gurune pangan Indonesia,” ujarnya.
Ia menyebut, terdapat dua hal yang nantinya akan diusulkan dalam Ranperda tersebut. Pertama perlindungan bagi petani yaitu pemerintah harus hadir untuk memberikan bantuan kepada petani saat kemarau, musim tanam, pembuatan jalan usaha tani, termasuk ketersediaan pupuk, dan yang lainnya.
Kedua, kata dia, kaitannya dengan pemberdayaan yaitu pemerintah wajib hadir untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), kemudian petani harus cerdas sehingga siap bersaing mulai dari cara penanamannya dan alatnya harus lebih modern.
“Petani harus diberi pelatihan, penyuluhan, dan pendidikan. Syukur-syukur mereka dibawa ke negara lain yang pertaniannya sudah maju agar mereka tahu secara langsung sehingga ke depannya tidak ada lagi kedelai impor, jeruk impor, dan yang lainnya,” jelasnya.
Ia berpendapat bahwa petani merupakan pahlawan, karena meski terkadang mengalami kerugian masih tetap menanam.
“Saya itu tidak bisa membayangkan kalau para petani demo atau mogok tidak mau menanam. Jadi menurut kami, mereka itu pahlawan. Untung ya nanam, rugi ya nanam,” ujar Pratikno. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Lingkarjateng.id)