Ditanya Penanganan Macet di Juwana, Ganjar : Persmu opo, Mediamu opo?

Author:

PATI, LINGKAR.newsKeluhan terkait kemacetan jalan pantura jalur Pati-Rembang masih menjadi persoalan yang tak kunjung usai. Saking parahnya kemacetan, para sopir truk sampai harus menginap di jalan. 

Sayangnya, ketika orang nomor satu di Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo ditanya solusi penanganan kemacetan Juwana oleh reporter Lingkar TV, jawabannya jauh panggang dari api. Alih-alih menjawab dengan bijaksana, ia justru memandang rendah awak media yang hendak melakukan konfirmasi. 

Ditemui reporter Fajar Mu’ti dari Lingkar Media Group usai giat pemusnahan rokok ilegal di Depan Kantor Gubernuran, Selasa (31/1) soal penanganan macet Juwana, Ganjar sempat menyimak pertanyaan. Akan tetapi, alih-alih menjawab sesuai konteks pertanyaan, Ganjar justru bertanya balik kepada reporter tersebut. 

“Persmu opo, mediamu opo? Mediamu ra cetho!” katanya sambil mengacungkan jari telunjuk ke arah reporter Lingkar TV, Fajar Mu’ti. 

Padahal dalam kesempatan itu, banyak sekali awak media yang menantikan statement Ganjar selaku pejabat publik nomor satu di Jawa Tengah. 

Bukannya memberi penjelasan soal penanganan macet yang diakibatkan pembangunan jembatan, ia justru menyerang pribadi reporter dan media tempatnya bekerja yang sudah lengkap legalitasnya sebagai Perusahaan Pers.

Sebelumnya, Ganjar juga telah meninjau pembangunan jembatan Juwana, Kabupaten Pati, pada Rabu (11/1) lalu. Dalam kesempatan itu, ia sempat diteriaki sopir yang kesal dengan kemacetan yang berlarut-larut. 

Piye iki, Pak? Macet terus. Solusine piye. (Bagaimana ini, Pak? Kok macet terus, apa solusinya?” teriak sopir yang terjebak macet di atas jembatan Juwana. 

Pantauan Drone Kemacetan Juwana mengular dari arah kecamatan batangan menuju kota pati ( dok. Lingkar TV )

Namun saat ditanya wartawan solusi mengatasi kemacetan, ia kembali melontarkan kalimat yang menunjukkan arogansinya sebagai pejabat.

“Solusi pasti ada, tinggal dibuatkan jalan lingkar atau diperlebar. Harusnya (penanganan) wingi (kemarin). Pitakonmu yo aneh (pertanyaanmu ya aneh),” ucap Ganjar dengan kening berkerut. 

Padahal, kemacetan ini sudah banyak dikeluhkan pengguna jalan. Untuk diketahui, perbaikan jalan yang tak kunjung usai menjadi salah satu penyebab utama kemacetan jalan penghubung antara Kabupaten Pati-Rembang tersebut. Ditambah adanya bencana banjir beberapa waktu lalu yang menyebabkan banyak ruas jalan Batangan, Kabupaten Pati, berlubang-lubang dan harus segera diperbaiki agar tidak memakan korban.

Ketua Lembaga Pers GMPI Jawa Tengah Kecam Ucapan Ganjar Pranowo

Ketua Lembaga Pers Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) Jawa Tengah, Kharen Puja Risma mengecam pelecehan verbal yang dilakukan oleh pejabat kepada jurnalis Lingkar Media Group (LMG) yang bertanya soal penanganan macet di jalur Pantura (Juwana-Batangan) Kabupaten Pati, Selasa (31/1). 

Dalam kesempatan itu, jurnalis Lingkar TV, Fajar Mu’ti bertanya langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) untuk menangani macet di jalan provinsi yang menghubungkan antara Pati-Rembang yang langganan macet. Alih-alih menjawab, Gubernur Pemprov Jateng Ganjar Pranowo justru bertanya balik, “Persmu opo? Mediamu opo? Mediamu ra cetho!” 

Hal tersebut dilakukannya di depan awak media lain yang ramai-ramai melakukan wawancara. Hal ini dinilai Kharen Puja Risma sebagai bentuk arogansi seorang pejabat publik yang memiliki tanggung jawab menjelaskan masalah pembangunan yang menggunakan pajak. 

“Itu nggak boleh, karena itu menurut saya termasuk pelecehan verbal. Yang saya maksud tadi, kekerasan verbal. Apalagi dia sekelas pejabat yang memiliki tanggung jawab kepada publik sebagai pembayar pajak. Jadi ketika ada jurnalis tanya dan dia nggak bisa menjawab, harusnya bisa menggunakan bahasa yang baik. Jangan malah menghakimi seperti itu. Jadinya kan malah kelihatan arogannya,” kecamnya. 

Wanita yang aktif di partai politik PPP ini dengan tegas mengecam seluruh kekerasan baik fisik maupun verbal kepada awak media yang memiliki tugas mencari berita dan dilindungi oleh UU Pers. Baru-baru ini, ia juga mengkritisi terjadinya penganiayaan wartawan yang terjadi di Surabaya, Jumat (20/1) lalu.  

Menurutnya, siapapun dilarang untuk menghalang-halangi jurnalis untuk mendapatkan sumber berita. Apalagi, dalam kasus kali ini sampai menyebabkan para jurnalis mengalami kekerasan fisik dan intimidasi

“Setau dan sepemahaman saya, jurnalis memiliki hak mendapatkan informasi dari sumber berita. Siapa pun itu, entah masyarakat, pejabat, aparat penegak hukum tidak boleh menghalang-halangi jurnalis, apalagi sampai melakukan kekerasan. Jurnalis dilindungi undang-undang,” tambahnya. 

Selain itu, wartawan juga memiliki tugas penting dalam memastikan bahwa publik memperoleh informasi yang akurat dan obyektif.

“Jurnalis memiliki tugas mencari dan menyediakan pemberitaan secara berimbang, lugas dan beretika. Saya berharap pelaku (kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis, red) dapat ditindak tegas,” imbuh mantan jurnalis salah satu media di Jateng tersebut.

Untuk diketahui, para wartawan mendapat intimidasi saat meliput kegiatan aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Jawa Timur yang hendak melakukan penyegelan di Gedung diskotek Ibiza, Jumat ( 20/1). 

Dia berharap masyarakat bisa lebih menghargai dan menghormati kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia. termasuk wartawan.

“Kita hargailah pekerjaan mereka. Kan juga menguntungkan bagi kita bisa dapat informasi  yang akurat. Kalau bukan dari wartawan dari siapa lagi,” katanya.

Lebih lanjut, dia berharap pihak kepolisian dapat menindak tegas pelaku dan memberikan hukuman sebagaimana mestinya.

“Ya semoga segera bisa diproses secara hukum. Karena itu merupakan perbuatan yang sama sekali tidak benar,” katanya.

Karena bagi wartawan atau jurnalis juga memiliki perlindungan hukum sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 yang mengatur secara tegas bahwa dalam melaksanakan tugas atau profesinya mereka mendapatkan perlindungan hukum.

Ada pun sejumlah wartawan yang menjadi korban yaitu, fotografer Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Didik Suhartono. Fotografer Inews.com Ali Masduki, reporter Inesw Firman Rachmanudin, reporter Beritajatim.com Anggadia, dan reporter Lensaindonesia.com Rofik.

Jalan Juwana-Batangan Macet Parah, Sopir Truk: Tak Ada Petugas Dishub yang Mengatur

Upaya Mengurai Antrean Panjang di Jalur Juwana-Batangan, Satlantas Pati Tempatkan Personil 24 Jam

KEMACETAN parah di jalur Pantura Pati-Rembang banyak dikeluhkan oleh pengguna jalan. Terutama para sopir ekspedisi yang membawa muatan berskala besar. Untuk mengurai kemacetan, pihak Satlantas Polres Pati menerjunkan personil selama 24 jam. 

Ditemui di lokasi kemacetan pada Senin (31/1), Kaur Bin Ops Satlantas Polresta Pati, Ipda Muslimin menjelaskan, jika antrean panjang yang saat ini terjadi di jalur Pantura Pati-Rembang merupakan imbas dari adanya perbaikan jalan.

SIAGA 24 JAM: Petugas Satlantas Polresta Pati mengalihkan kendaraan pribadi untuk lewat jalur alternatif saat terjadi kemacetan di Jalur Juwana-Batangan, kemarin.

“Jadi jalur pantura Pati-Rembang ini kan hanya dua lajur. Satu lajur dibongkar karena memang kondisinya rusak sehingga harus dilakukan perbaikan, sehingga yang masih bisa dimanfaatkan untuk arus lalu lintas hanya satu lajur di sebelah kiri,” terangnya.

Ditambahkannya, pihak kepolisian telah berupaya maksimal supaya dua arah ini tetap berjalan. 

“Yang dari arah barat atau arah Semarang, kita lewatkan bahu jalan sebelah kiri. Sedangkan yang dari Rembang kita lewatkan tetap pada badan jalan, tetapi lajur sebelah utara. Sehingga arus lalu lintas tetap bisa berjalan dua arah. Namun demikian pasti terjadi perlambatan,” imbuhnya. 

Untuk mengurai kemacetan agar tidak terjadi lumpuh total, Satlantas telah mengambil beberapa langkah penanganan. 

“Yang pertama, kami tentunya menyiapkan jalur alternatif. Jadi untuk mobil pribadi/mobil kecil bisa mengambil jalur alternatif melalui Kecamatan Jakenan, Kecamatan Jaken, nanti bisa tembus sampai Batangan. Nah bisa kita saksikan mobil pribadi yang melintas di Jalur Pantura ini sudah hampir tak ada. Kalau misalnya ada paling hanya satu dua saja karena sudah kami lewatkan jalur alternatif,” jelasnya. 

Solusi kedua, pihaknya mengimbau untuk kendaraan besar dari luar kota yang hendak melintasi jalur pantura dari Surabaya ke Semarang, agar menggunakan jalur tengah. 

“Bisa lewat tol solo, Salatiga dan seterusnya. Karena kondisi Pantura Pati memang padat merayap. Jadi untuk yang luar Pati kami himbau untuk menggunakan jalur tengah,” pesannya. 

Demi membantu pengguna jalan Pantura Pati-Rembang, pihak Satlantas Polres Pati telah menempatkan personil selama 24 jam secara terus menerus secara bergantian. 

“Jadi ketika terjadi macet seperti ini kami sudah gelar personil untuk membantu masyarakat pengguna jalan agar tidak terjebak macet sampai berlama-lama. Kami berupaya bagaimana caranya agar arus lalu lintas itu masih bisa berjalan dua arah meskipun tidak kecepatannya tidak kencang, tapi tidak stuck, tidak berhenti total,” urainya. 

Untuk itu, beberapa personil Satlantas Polresta Pati ditempatkan pada simpul penyebab terjadinya kemacetan. 

“Kami tempatkan di titik perbaikan jalan, karena kami anggap ini titik kunci, simpul. Ketika di sini lancar, Insya Allah di belakangnya juga lancar. Ketika antrean sudah memanjang, kami tempatkan juga untuk antisipasi supaya kendaraan tidak ada yang ngeblok ke kanan. Karena kalau sudah nge-blok ke kanan akibatnya bisa total,” terangnya. 

Selain itu, personil kepolisian juga menugaskan personil yang sifatnya mobile. Mereka bertugas untuk patroli, membangunkan sopir ketika mereka tertidur. Lalu membagikan nasi bungkus dan kopi kepada para sopir yang tertidur saat mengantre di perbaikan jalan Juwana-Batangan. 

“Harapannya kemacetan ini tak terlalu lama. Jadi kami berusaha bagaimana caranya supaya tidak berlama-lama terjadinya kemacetan,” pungkas Ipda Muslimin. 

Untuk diketahui, kemacetan parah selalu terlihat di jalur Juwana-Batangan yang merupakan jalur utama Pantura. Kemacetan diperkirakan hingga 5 kilometer. Banyak juga sopir truk yang terpaksa menginap di jalan karena pergerakan arus lalu lintas yang demikian lambat. ( Nailin RA – Koran Lingkar )