Pro dan Kontra Hubungan Tanpa Status Bagi Generasi Milenial

Author:

Hubungan Tanpa Status atau disingkat HTS telah menjadi fenomena yang semakin umum, terutama di kalangan generasi milenial. HTS merujuk pada jenis hubungan di mana dua orang menjalin hubungan intim tanpa label resmi seperti pacaran atau pernikahan. Bagi banyak milenial, komitmen formal dalam hubungan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang tidak diperlukan. Namun, di balik kebebasan yang ditawarkan HTS, ada beberapa keuntungan dan kerugian yang perlu dipertimbangkan.

Pro Hubungan Tanpa Status

  1. Kebebasan Individu
    Salah satu alasan utama mengapa banyak milenial memilih HTS adalah karena kebebasan yang ditawarkannya. Dalam hubungan tanpa label, individu merasa tidak terikat oleh aturan atau ekspektasi yang biasanya datang dengan hubungan tradisional. Mereka dapat tetap menjaga kemandirian dan fokus pada karier, pendidikan, atau tujuan pribadi lainnya tanpa merasa harus mengorbankan waktu dan energi untuk memenuhi harapan pasangan. Fleksibilitas ini sangat menarik, terutama bagi mereka yang sibuk atau merasa belum siap untuk komitmen penuh.
  2. Mengurangi Tekanan Sosial
    Hubungan yang diberi label sering kali membawa beban ekspektasi dari masyarakat, keluarga, dan teman. Dalam HTS, tekanan tersebut berkurang, karena hubungan ini dianggap lebih santai dan tidak perlu diatur oleh standar sosial yang kaku. Banyak orang yang merasa lebih nyaman dalam HTS karena mereka dapat menjalin hubungan yang lebih natural tanpa perlu menjelaskan atau mempertanggungjawabkan status hubungan mereka kepada orang lain.
  3. Eksplorasi Diri
    Bagi beberapa orang, HTS adalah kesempatan untuk mengenal diri sendiri lebih dalam. Mereka dapat bereksperimen dengan berbagai tipe hubungan, mengenal apa yang mereka inginkan dan tidak inginkan dalam pasangan, serta mempelajari cara-cara baru dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Ini bisa menjadi langkah penting sebelum akhirnya memutuskan untuk terlibat dalam hubungan yang lebih serius di masa depan.
  4. Menghindari Komitmen yang Terburu-buru
    HTS memberikan waktu bagi kedua pihak untuk mengenal satu sama lain tanpa tekanan untuk segera membuat keputusan besar, seperti menikah atau tinggal bersama. Bagi generasi milenial yang cenderung menunda pernikahan atau komitmen jangka panjang, HTS memungkinkan mereka untuk menikmati hubungan tanpa rasa terburu-buru.

Kontra Hubungan Tanpa Status

  1. Ketidakjelasan Batasan
    Salah satu masalah terbesar dalam HTS adalah ketidakjelasan mengenai batasan dan ekspektasi. Tanpa adanya komitmen yang jelas, perasaan satu sama lain bisa menjadi tidak sinkron. Salah satu pihak mungkin mulai memiliki perasaan yang lebih dalam, sementara pihak lain hanya menganggap hubungan ini sebagai sesuatu yang santai. Ketidakjelasan ini seringkali menyebabkan kebingungan dan frustrasi, yang akhirnya bisa berujung pada perasaan sakit hati.
  2. Ketidakpastian Emosional
    HTS sering kali menimbulkan ketidakpastian emosional. Tanpa adanya komitmen yang jelas, banyak orang yang merasa cemas tentang masa depan hubungan. Mereka mungkin takut kehilangan pasangan atau tidak yakin apakah hubungan ini akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan stres emosional dan perasaan tidak aman dalam hubungan, terutama jika salah satu pihak mulai berharap lebih dari yang lainnya.
  3. Resiko Perasaan Tidak Setara
    Dalam HTS, ada kemungkinan besar salah satu pihak memiliki perasaan yang lebih dalam dibandingkan pihak lainnya. Ketidakseimbangan ini bisa menimbulkan rasa sakit hati ketika harapan tidak terpenuhi. Misalnya, jika salah satu pihak ingin melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius sementara pihak lain tidak tertarik untuk melakukannya, hal ini bisa menyebabkan perasaan terluka dan ketidakpuasan.
  4. Kesulitan Mengelola Ekspektasi
    Meskipun HTS sering kali dimulai dengan harapan bahwa hubungan ini akan santai dan bebas dari tekanan, pada akhirnya banyak orang yang mengalami kesulitan dalam mengelola ekspektasi mereka sendiri. Seiring berjalannya waktu, salah satu pihak mungkin mulai menginginkan komitmen lebih, atau berharap bahwa hubungan ini akan berubah menjadi sesuatu yang lebih stabil. Ketika harapan ini tidak terpenuhi, hubungan bisa menjadi lebih rumit dan berpotensi berakhir dengan buruk.
  5. Stigma Sosial
    Meskipun tekanan sosial dalam HTS lebih rendah, masih ada stigma di beberapa kalangan yang menganggap hubungan tanpa komitmen formal sebagai sesuatu yang kurang “serius” atau “bernilai”. Generasi yang lebih tua, khususnya, mungkin sulit menerima konsep HTS dan bisa menganggapnya sebagai tanda ketidakmatangan atau ketidakstabilan emosional. Ini bisa menimbulkan konflik, terutama jika individu dalam HTS menerima tekanan dari keluarga atau lingkungan untuk segera membuat hubungan mereka lebih formal.

Kesimpulan

HTS menawarkan kebebasan dan fleksibilitas yang menarik bagi generasi milenial, terutama bagi mereka yang menghargai kemandirian dan menghindari tekanan sosial untuk segera berkomitmen. Namun, di balik keuntungan tersebut, ada risiko ketidakpastian emosional, ketidakjelasan batasan, dan potensi perasaan tidak setara. Seperti halnya setiap jenis hubungan, HTS memerlukan komunikasi yang baik dan pemahaman yang jelas antara kedua belah pihak. Dengan begitu, hubungan tanpa status ini bisa berjalan dengan lebih sehat dan memuaskan, atau bahkan berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius jika keduanya sepakat untuk melakukannya.

Sumber : apakah hts dosa?